Sate Gurita, ‘Menendang’ Bumbu di Rongga Mulut
Bagi
para pecinta ‘wisata lidah’ sajian sate dari daging sapi, kambing, ayam, bebek,
babi, kelinci, atau ikan tentu sesuatu yang biasa. Tapi sate gurita, mungkin
merupakan sesuatu yang istimewa. Ya, di Bali, sate gurita memang tergolong
istimewa. Selain karena rasanya, tentu karena ketersediaan bahan bakunya yang
langka.
Di
seantero Bali, tak banyak ditemui warung atau rumah makan yang menyediakan sate
gurita. Satu di antara yang sedikit itu adalah Warung Mek ‘D’ yang terletak di
jalan raya antara Kota Karangasem dan Pantai Tulamben. Persisnya di Dusun
Labasari, Desa Abang, Karangasem, Bali. Di warung itu, tidak hanya sate yang
tersedia melainkan juga rawon gurita. Dan, penganan ini sudah disajikan oleh Ni
Made Ririp, sang pemilik warung, sejak lebih dari sepuluh tahun.
Sepintas
sate gurita yang disajikan tampak seperti sate ikan biasa. Bentuk dan ukurannya
nyaris tak ada bedanya. Tapi, begitu anda mencobanya, anda akan mendapatkan
sensasi rasa yang sangat berbeda. Dalam baluran bumbu rempah-rempah,rasa daging
gurita menyerupai daging cumi-cumi terasa begitu nikmat. Di dalam mulut,
kekenyalan daging gurita yang khas seolah menendang bumbu yang lezat itu ke
kiri-ke kanan sehingga seluruh rongga mulut dapat merasakannya.
Sepintas,
tampilan dan rasa bumbu sate gurita Made Ririp persis dengan bumbu Sate Padang.
Bumbu itu berbasis tepung dan aneka rempah yang selain terasa gurih juga
‘membunuh’ rasa amis pada gurita.
Sementara
untuk rawon gurita, cara memasak dan bumbunya serupa dengan rawon daging sapi
yang banyak di jual di mana-mana.
Untuk
keperluan membuat sate dan rawon gurita, setiap harinya Ririp membeli lima
hingga delapan gurita segar berukuran sedang atau besar. Masing-masing gurita
beratnya sekitar 2 kilogram hingga 3 kilogram.
"Jadi,
setiap hari diperlukan sekitar 30 kilogramlah,"ujar Ririp.
Gurita-gurita
tersebut, menurut Ririp, merupakan hasil tangkapan nelayan di wilayah
Karangasem dan Buleleng.
Untuk
membuat sate gurita, mula-mula daging gurita segar direbus hingga matang.
Setelah didinginkan daging itu dipotong kecil-kecil lalu ditusuk dengan lidi
bambu. Setiap tusuk terdiri dari empat potong daging gurita. Setelah itu,
barulah daging tersebut dipanggangdi atas bara api.
Oleh
Ririp satu porsi sate (juga rawon) gurita ‘dibandrol’ seharga Rp 15 ribu. Itu
sudah termasuk nasi putih dan tambahan pepes ikan.
O, iya,
letak Warung ‘D’ milik Rirp ini sekitar 94 kilometer dari Kuta. Jauh? Mungkin
saja, jika anda hanya mencari sate itu dari Kuta. Tetapi jika anda
menyatukannya dengan program kunjungan ke pantai Tulamben, maka itu akan sekali
jalan.
Bagaimana
jika anda tak punya rencana ke Tulamben, tetapi menginginkan sate gurita?
Tenang! Anda dapat memperolehnya di sebuah gerai di Pasar Bulan, Batubulan,
Gianyar. Sekitar 14 kilometer dari Kuta. Letaknya persis di sebelah timur
Sahadewa Barong Dance, wahana yang menampilkan tari kecak dan barong secara
regular setiap hari. Jadi, anda dapat menikmati sate gurita sebelum menonon
barong.
Jika
pertunjukan mulai pukul 09.30, datanglah ke Batubulan pukul 08.00 untuk sarapan
dengan lauk sate gurita. Untuk satu porsi terdiri dari delapan tusuk sate
gurita, anda cukup merogoh kocek sebesar Rp5 ribu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar